Senin 6 Agustus 2007
Ketua lembaga pemantau Pilkada Watch, Sayed Junaedi Rizaldi menilai hasil survei yang diluncurkan dua Lembaga Survei Indonesia milik Syaiful Mudjani dan Lingkaran Survei Indonesia pimpinan Denny JA yang mengunggulkan pasangan Fauzi Bowo-Prijanto dinilai telah menciderai proses demokrasi pilkada DKI Jakarta.
“Survei itu sepertinya sengaja digelar untuk menggiring publik untuk memilih calon yang diunggulkannya dalam survei tersebut. Operasi pemenangan seperti ini memang sering dimainkan oleh Denny JA di setiap wilayah yang menggelar pilkada,” ujar Sayed kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Lebih lanjut, dia menilai
Selain hasil survei itu, kasus yang juga bisa menciderai pilkada adalah kasus pemberhentian mendadak Ketua Panwasda, Suhartono.
“Dengan adanya kasus itu jadinya masyarakat banyak yang menilai pilkada ini seperti dagelan semata. Tidak ada kesungguhan bagi KPUD sebagai penyelenggara dan DPRD DKI Jakarta yang terkesan ditunggangi oleh kepentingan salah satu calon. Kami tidak mau pilkada ini terciderai oleh hal yang tidak beradab,” katanya.
Pencopotan Panwasda pada H-4 ini bisa dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk melakukan kecurangan dalam pilkada.
Tengok saja, baru beberapa hari pencopotan Panwasda, sudah nampak indikasi kecurangan dengan munculnya surat edaran KPUD No 07 Pasal 25, yang membolehkan para pemilih mencoblos di mana saja dengan hanya menunjukkan kartu pemilih dan undangan pemilih, tanpa menunjukkan KTP.
“Dengan begitu suara orang yang sudah meninggal tapi memiliki hak pilih karena adanya kekeliruaan saat pendataan kemarin, bisa dimanfaatkan oleh calon-calon yang ingin memenangkan pilkada ini. Terakhir yang saya ketahui jumlah suara siluman itu mencapai 2.000 sampai 3.000 lebih,” katanya.RM (Rakyat Merdeka)
1 komentar:
wah begitu yah ternyata...
Posting Komentar